Di antara keterbatasan ekonomi keluarga, Devi Triasari (23) mampu membuktikan bahwa hal itu bukan halangan untuk meraih prestasi akademik. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Solo ini menjadi lulusan terbaik dengan perolehan Indeks Prestasi Kumulatif 3,99.
Kisah inspiratif dari wanita kelahiran Ngawi, Jawa Timur, ini berawal dari niatan untuk bekerja sebagai TKW di Jepang. Bukan tanpa sebab wanita yang mampu lulus kuliah dalam waktu tiga tahun enam bulan ini mengambil keputusan tersebut, semua dilandasi rasa kasih sayang kepada orangtua. Devi ingin membantu perekonomian keluarga.
"Tapi karena kata guru BK (Bimbingan Konseling) harus pintar bahasa Jepang dengan kursus dan biaya mahal, maka tidak jadi," kata Devi kepada merdeka.com baru-baru ini.
Tak mau patah semangat, Devi kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan di Magetan, Jawa Timur. Di situ, dia mendapatkan gaji bulanan yang tidak besar tetapi cukup untuk di tabung.
Beberapa lama bekerja, Devi kembali terpikir untuk melanjutkan sekolah. Dia yakin pendidikan yang tinggi dapat mengangkat martabat dan derajat keluarganya.
Di lingkungan desanya, Devi memang salah satu keluarga yang hidupnya tidak seberuntung tetangga-tetangganya. Bahkan kedua orangtuanya sering menjadi bahan ejekan.Ayah Devi bernama Suwito merupakan buruh tani yang hanya lulusan Sekolah Dasar. Sedang ibunya tidak lulus Sekolah Dasar dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kedua saudara Devi juga harus puas dengan memiliki ijazah setingkat dengan ayahnya.
"Orangtua saya itu buruh tani dan pembantu rumah tangga, jadi sering dijadikan bahan ejekan. Mereka sering mendapat sedekah dari tetangga, karena hidup kami memang miskin. Maka dari itu saya ingin mengangkat derajat mereka di mata masyarakat. Makanya saya ingin sekolah yang tinggi," ujar Devi.
Lantas, berbekal niat dan semangat yang membara dia berburu informasi beasiswa dari internet. Hingga pada akhirnya dia mendapat beasiswa bidik misi untuk menopang biaya kuliahnya.
Lewat seleksi SMPTN, dia kemudian lolos masuk Fakultas Hukum UNS. Dari beasiswa tersebut, dia mendapat biaya hidup Rp 600 ribu dan gratis biaya kuliah. Dengan syarat, dia harus mempertahankan prestasinya untuk terus mendapatkan beasiswa.
Awal kali menyandang status mahasiswi, bukan perkara gampang. Setelah masuk UNS, dia tak mendapatkan tempat menginap dan akhirnya memilih bermalam di sebuah gudang.
"UNS kan sekitar dua jam dari Ngawi tidak ada yang ngantar, cuma berbekal nekat. Waktu nyari kos penuh semua, kemudian ada ibu kos yang kasihan dan menawarkan tempat nginap. Tapi itu sebuah gudang di bawah tangga. Saya mau saja asal bisa buat tidur. Dua malam saya bayar Rp 15 ribu," cerita Devi.Tak hanya sampai di situ, ujian Devi untuk menuntut ilmu berlanjut saat mengenyam bangku kuliah. Uang beasiswa bidik misi yang dijadikan andalan ternyata telat dalam proses pencairannya.
"Waktu itu uang beasiswa bidik misi cairnya enam bulan sekali karena dirapel. Akhirnya saya ngutang sana-sani dan sempat pengen mundur juga," terang dia.
Di tengah kesulitan dan beban kuliah, Devi tak putus asa. Bahkan dia malah aktif berorganisasi di Pers Mahasiswa Novum Fakultas Hukum UNS, serta melatih kepekaan sosial dan nalar kritis di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Di dalam organisasi mahasiswa ini, dia mendapatkan banyak kawan dan pengalaman. Teman-teman baiknya di organisasi tak sungkan untuk membantunya sekuat tenaga.
"Teman-teman banyak yang membantu, mereka baik semua. Saya juga masih aktif di GMNI sampai sekarang," ujar dia.
Kisah hidup dan semua yang dialami Devi seolah menjadi lecutan untuk terus belajar. Bahkan untuk menyambung hidup, anak ketiga dari tiga bersaudara ini berjualan pulsa hingga mengajar les privat.Saya menerima beasiswa Rp 600 ribu per bulan. Cukup membantu untuk biaya hidup dan kuliah. Tapi terkadang beasiswa itu baru dapat dicairkan tiga bulan sekali. Terkadang harus utang ke teman, menunggu beasiswa cair. Saya juga harus mikir untuk kirim uang ke orangtua. Kasihan mereka, biar buat tambah biaya hidup," katanya.
Menurut Devi, hampir semua mata kuliah yang diambilnya memperoleh nilai A atau sempurna. Hanya satu mata kuliah yang mendapat nilai B. Devi akan diwisuda bulan Juni ini. Banyak tawaran menunggu Devi, baik pekerjaan maupun beasiswa kuliah S2 di luar negeri.
Sementara itu Dekan Fakultas Hukum UNS, Supanto membenarkan sejumlah tawaran beasiswa sudah mengalir untuk mahasiswinya yang berprestasi itu. Beberapa tawaran dikirim melalui pihak kampus. "Tawaran memang banyak sekali, kami menyerahkan kepada Devi untuk memilihnya," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar